https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=34375937#settings

27 May 2010

Kisah Pulang

Mereka terus membangun
Semakin banyak rumah dan gedung
Juga gudang, lorong-lorong dan guha
Rahasia, tapi tambah tak yakin
Musti pulang ke alamat yang mana
Kalau cuaca kembali memberat
Dan malam turun di alun-alun kota

Mereka teramat mendambakan
Kehangatan, barangkali sedikit
Sopan-santun bumi, sehabis jemu
Saling bunuh di jalan-jalan raya
Tapi yang mereka temukan hanyalah
Para leluhur yang terus mengutuki
Turunan sundal telanjur lahir

Dan kalau mereka cukup mujur
Bisa dicapainya batas halaman
Mereka tak akan bisa percaya pula
Bahwa rumah yang terkuak membuka
Pintunya, bukanlah perangkap serupa
Yang menggiring takdir buruk lain

Tapi mereka tak punya pilihan
Malam akan segera jadi sempurna
Membunuh sisa matahari di pohon-pohon
Dan kota akan semakin sulit dikenali
Jadi mereka buru-buru masuk
Mengunci pintu rapat-rapat
Merapal mantra penolak bala
Pada rapuh jalinan cuaca

Mereka sungguh tak punya pilihan
Selain belajar menjadi terbiasa
Dengan segala yang ada di balik pintu itu:
Barang dan perabot yang kerap salah tempat
Para lelaki yang gemar meludah ke udara
Perempuan-perempuan dengan tetek kelabu
Atau para bocah berparu legam kelam
Dengan punuk dan taring berkilat

Agar, setidaknya mereka punya alasan
Mengapa terus bertahan di liang busuk ini
Setidaknya punya tempat sembunyi, bukan?
Barangkali ini lumayan menghibur
Barangkali mereka akan bisa juga tertidur
Melewatkan malam sekali lagi
Dengan bulan separoh di langit-langit
Dengan kilau pisau di bawah bantal
Dan tuhan cemas berjaga di pojok ingatan?

15 May 2010

Kisah Pergi

Aku akan pergi ke balik kabut
Janganlah cemas mencariku
Sebab tak bisa kupastikan benar
Ke jazirah kelam yang mana
Malam menghalau burung-burung

Kuncilah pintu dan jendela
Selagi aku tak ada bersamamu
Jagalah anak-anak, bekali
Mereka pisau dan dongengan
Agar nyenyak tidur mereka
Di redup pusaran bintang

Bertahanlah semampu bisa
Janganlah mudah menyerah
Pada keluh-kesah dinding
Kamar yang mengurungmu dengan
Memar luka-luka bumi

Barangkali aku kembali
Lewat tengah malam nanti
Mengetuk lewat lubang mimpi
Membawakan bagimu
Buah-buah getir langit
Dari sedih kembara hujan

Jika tak kaubaca juga isyarat
Mungkin sebab jam telah berjalan jauh
Melewati ambang yang kita sepakati
Janganlah kau jadi cemas, tetap
Kuncilah pintu dan jendela
Jika malam tiba dengan igauan

Anak-anak akan tumbuh besar
Terbukti mereka lebih kukuh
Lebih rimbun dari angin dan pepohon
Sementara kau menjelma cuaca
Memenuhi lengang petang
Dengan ornamen jingga

Jika kelak suatu hari
Anak-anak bertanya juga padamu
Bawalah mereka ke beranda
Katakan waktu adalah kemestian
Sedang kabut, kabut adalah
Negeri purba para leluhur kita

11 May 2010

Pelajaran Dasar Bermain Catur

1
Mula-mula
Kau akan belajar
Bagaimana
Melangkah
Lurus
Serong
Mundur
Meluncur
Atas petak-petak
Tak terduga
Hidupmu

Ditutup dengan
Varian wajib
Lompat terjang
Gaya kuda
Sisilia

2
Kau akan belajar
Aturan-aturan dasar
Bagaimana bertahan
Dalam tekanan
Situasi yang paling
Absurd

Mengatur langkah
Menggeser jarak
Meniarap
Kabur
Atau sembunyi
Melenyap
Hilang
Dalam gelap
Kabut konspirasi

Jika benteng
(Dan kesetiaan)
Tak bisa diharapkan
Lagi tumbuh di bumi

3
Kini kau paham
Semoga
Tiada guna
Terus bertahan
Sabar dan mandah
Bertahun-tahun

Maka kuasai
Sepenuh arti
Varian lanjutan
Menabrak
Memotong
Membabat
Menyerimpung
Tendang sikut
Tempekeng
Seruduk
Maki

Jangan pernah
Menaruh sungkan
Pada musuhmu
Atau kau
Jadi mangsa
Mungkin itulah
Nasehat bijak terbaik
Bisa kusampaikan
Padamu

4
Jika kau
Tak cukup pandir
Waktu akan
Menuntunmu
Keluar dari sempit
Benteng akalmu

Menempamu
Bahwa pelajaran
Yang paling inti
Memanglah tiada
Pernah tercatat
Dalam notasi

04 May 2010

Tamasya Penyair di Negeri Bidak

: Mikhail Botvinnik

Tuan yang budiman
Pastilah tuan tak pernah
Membayangkan bahwa
Hampit setiap malam
Di sebuah kamar
Sumpek jauh dari Riga
Seorang dengan rasa
Takjub tak terkira
Kerap memainkan
Lagi lelangkah
Bidak-bidak tuan
Puluhan tahun lampau
Masih tercatat seakan
Kekal pada notasi
Tak sengaja kutemukan
Pada emper kaki lima
Kotaku mana peduli

Mengenang lagi
Pertarungan dahsyat
Dengan para jawara
Sangar tempo dulu
Sebutlah saja beberapa
Salo Flohr tuan jinakkan
Dengan pertahanan solid
Belanda varian Stonewall
Di Leningrad, 1933
Juan Raul Capablanca
Alexander Alekhine
Menyerah rajanya
Pada tembok kukuh
Hindia Nimzo varian
Semi Tarrasch Rubinstein
Belum lagi Paul Keres
Si tua keladi Smyslov
Dan tentu saja tak bisalah
Saya lewatkan begitu saja
Laga tuan paling indah
Amsterdam, 1954, lumat
Tuan pecundangi
Miguel Najdorf

Tuan yang budiman
Baiklah tuan berhenti
Heran dan bertanya-tanya
Mengapa seorang biasa
Rendah macam saya ini
Pada ini permainan luarbiasa
Jadi termehek menghiba
Sebab telah saya temukan
Puisi dalam lelangkah
Tak terduga bidak tuan
Presisi teramat sempurna
Pada rumit petak-petak
Sempit konvensi
Yang enampuluhempat
Jumlahnya mengapa persis
Heksagram pada Kitab Perubahan?
Jadi itulah sebabnya
Saya putuskan tamasya
Ke negeri bidak lebih jauh lagi
Sebab pada ini keindahan
Telah saya putuskan
Jiwa saya yang damba
Pasrah layak tawanan
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...