Saya membayangkan kita mungkin seperti para penumpang dalam
bahtera besar yang disebut “waktu”. Jika kau atau seseorang mati, kau
diturunkan dari bahtera itu, lalu yang lain segera meneruskan perjalanan.
Orang-orang yang mati, yang telah diturunkan dari bahtera, mula-mula mungkin
terlihat seperti tonggak-tonggak, setidaknya bagi sejumlah orang, lalu pelan
tapi pasti, tonggak-tonggak itu berubah menjadi titik-titik yang segera juga
mengabur. Lalu pada akhirnya mereka pun menjelma asap, mungkin dongeng, atau barangkali
juga bukan apa-apa?
Mungkin kematian juga bisa dilihat dengan kaca mata yang
lebih “gembira”. Barangkali kematian adalah sebuah awal baru yang melegakan.
Kalau kau mati, kodratmu sebagai “mahluk kasar” yang terikat pada bumi fana pun
berakhir. Bentuk kasar itu tertinggal pada tanah, sedang jiwamu sebagau kupu
terbang melayang menembus kepompong samsara dan menjangkau moksa, nirwana, yang
diyakini menjadi sumbernya yang mula-mula.
1 comment:
obat tradisional jelly gamat
obat pengering luka jahitan
obat pengering luka
obat sering kencing
Post a Comment