Aku tahu
Kau tak baca puisi
Maka aku tulis ini
Puisi untuk kau
Yang tak baca puisi
Jika kau ijinkan aku
Sekali ini saja
Memberimu petuah
Maka inilah nasehatku
Boleh saja tak kau gubris
Boleh saja kau musuhi
Mahluk ganjil tengil
Yang kau sebut penyair
(Atau penyihir, apa bedanya)
Yang artinya ia yang terusir
Jauh ke pesisir waktu
Tapi kenalilah puisi
Sebab bukankah
Sembilan bulan kalian
Genapi kata
Dalam senyap relung
Bulatan semesta
Pun sesudahnya
Di dunia antah barantah
Sarat hawa busuk
Tempat buruk
Di mana turunanmu
Tumbuh dan mati
Hanya saja ternyata
Puisi tapi tak mati-mati
Sebab bukankah
Ia saudara kembar
Bersamamu terdampar
Dalam kesamaran
Sekat-sekat bahasa
Maka kenalilah
Pecahkanlah olehmu
Dinding tak nampak ini
Yang mengurungmu konyol
Dalam ini wujud kasar
Aku tahu
Kau tak suka puisi
Maka aku tulis ini
Puisi untuk kau
Yang tak suka puisi
Sudah kubuatkan
Kususun kata-katanya
Seakan baru saja aku
Belajar mengurai
Tanda-tanda baca
Alifbata mula pertama
Semogalah manfaat
Jika kau temukan
Di sana-sini terasa
Dibuat-buat terlalu
Dengan sekalian hormat
Di sini kumintakan
Setulus maaf
Sebab penyihir
(Atau penyair, apa bedanya)
Hanyalah mahkluk
Malang tapadaksa
Bisanya ia bertutur
Lebih seringnya melantur
Tak lagi keruan
Kiblat dan sujudnya
Memanglah hanya
Menghadap seluruh pada
Yang maha puisi
3 comments:
Yang Maha Puisi,
ajari aku menyihir kata
agar sesekali,
puisiku yang banal
mereka baca
'..Dalam kesamaran
Sekat-sekat bahasa..'
yang itu ;)
waah, ketemu juga blog ini:)
suka dengan puisi2 bang/pak[?] ook di kompas minggu
Post a Comment