Aku suka pada bidak
Aku terpesona pada jalannya beringsut
Jalannya tak pernah terburu
Dari dulu sudah begitu
Setindak-setindak saja
Seakan ia mau bilang:
Saya ini pelan, tapi pasti
Ia memberi pemahaman
Paling kena soal ketabahan
Apa artinya merangsek maju
Dan hanya maju, sebab
Mundur adalah tabu
Lihatlah, sebuah bidak
Menyusur dan terus menyusur
Tak hirau ia pada persekongkolan
Busuk para perwira
Bidak itu serdadu tulen
Tiada muslihat, percayalah
Dalam lelangkahnya
Yang lurus-lurus saja
Aku terpesona pada bidak
Aku suka lelangkahnya lurus ke depan itu
Membaca puisi / Menulis puisi / Bukanlah urusan / Seringan angkat besi (Ikranagara)
13 December 2010
09 December 2010
Apa Kabar Anugerah Sastra Pena Kencana?
Setiap awal tahun semenjak 3 tahun yang lalu saya selalu mendapat kiriman surat-e yang mengabarkan bahwa ada puisi saya yang mendapatkan kehormatan—bersama beberapa puluh puisi lainnya yang disortir dari pemuatannya di koran-koran lokal--untuk diiikutkan dalam kitab puisi yang diberi label keren “kitab puisi terbaik setahun”.Itulah sebagian dari kegiatan yang berkaitan dengan program Anugerah Sastra Pena Kencana.
Tapi mulai tahun depan (2011) pemberitahuan seperti itu agaknya tak akan lagi saya terima, karena program sastra itu sepertinya memang tidak berlanjut. Buktinya program tahun ini saja hingga saat ini tiada kabar beritanya. Buku puisi—plus sekian program tambahan lainnya, seperti pengumuman pemenang puisi terbaik dan lain-lainnya—yang semula dengan gegap gempita dijadwalkan berlangsung Februari 2010 tak jelas bagaimana nasibnya.
Tak ada pengumuman apa pun di situsnya yang kini jadi rada mirip toko terbengkalai itu. Saya sangat menyesalkan ketiadaan sikap terbuka dari panitia program ini. Apa sih susahnya mengumumkan masalahnya? Kalau misalnya soalnya lagi-lagi karena cekaknya pendanaan, sehingga segala rencana program tak bisa jalan, rasanya juga tak ada masalah untuk diumumkan. Insan sastra di sini, percayalah, sudahlah amat terbiasa menghadapi hal-hal dan hil-hil semacam ini.
Tapi mulai tahun depan (2011) pemberitahuan seperti itu agaknya tak akan lagi saya terima, karena program sastra itu sepertinya memang tidak berlanjut. Buktinya program tahun ini saja hingga saat ini tiada kabar beritanya. Buku puisi—plus sekian program tambahan lainnya, seperti pengumuman pemenang puisi terbaik dan lain-lainnya—yang semula dengan gegap gempita dijadwalkan berlangsung Februari 2010 tak jelas bagaimana nasibnya.
Tak ada pengumuman apa pun di situsnya yang kini jadi rada mirip toko terbengkalai itu. Saya sangat menyesalkan ketiadaan sikap terbuka dari panitia program ini. Apa sih susahnya mengumumkan masalahnya? Kalau misalnya soalnya lagi-lagi karena cekaknya pendanaan, sehingga segala rencana program tak bisa jalan, rasanya juga tak ada masalah untuk diumumkan. Insan sastra di sini, percayalah, sudahlah amat terbiasa menghadapi hal-hal dan hil-hil semacam ini.
08 December 2010
Enam Langkah Jalan Bidak
Jangan pernah menyebut
Kami bangsa cebol
Hanya karena lelangkah
Kami beringsut pelan
Ingatlah, kami hanya perlu
Enam langkah lurus
Ke depan untuk bisa
Menyudahi raja
Merubuhkab benteng
Membunuhi para
Panglima utama
Turunan dewa keparat
Jangan pernah mengira
Kami gampang saja terusir
Hanya karena lelangkah
Kami senyap menyisir
Kami bangsa cebol
Hanya karena lelangkah
Kami beringsut pelan
Ingatlah, kami hanya perlu
Enam langkah lurus
Ke depan untuk bisa
Menyudahi raja
Merubuhkab benteng
Membunuhi para
Panglima utama
Turunan dewa keparat
Jangan pernah mengira
Kami gampang saja terusir
Hanya karena lelangkah
Kami senyap menyisir
Subscribe to:
Posts (Atom)