https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=34375937#settings

29 September 2011

Tentang Menulis Sajak

Dalam sajakku
Rima hampir kuanggap
Kejahatan, begitu
Pernah kubaca
Sesumbar Bertolt Brecht
Penyair Jerman
Lama mukim tapi
Di Los Angeles
Sedang soal paham politiknya
Setahuku ia teramat Kiri

Lain lagi petuah
Taufiq Gaffar Ismail
Penyair dokter hewan
Di Bogor sekolahnya pernah
Tentang menulis sajak sonder rima
Katanya, samalah itu dengan bermain
Tenis tanpa tali net pembatas
Di mana seru-asyiknya?

Adapun bagiku sendiri
Si penyair payah
(Rendah saja sekolahnya)
Menulis sajak macam
Bermain sepakbola kuanggap

Tak penting benar
Gaya apa musti kupakai:
Total Footbal asli Belanda
Tari gila Samba Brasilia
Grendel Mati Italia

Atau bagaimana kurancang
Komposisi barisnya:
Empat tiga tiga acak
Atau empat empat dua
Rapi berjajar
Ke bawah

Tak soal sepanjang
Bisa kusarangkan mantap
Si bulat maha kata
Ke dalam itu sempit
Jejaring gawang
Sang takdir

26 September 2011

Siang Terakhir Seorang Teroris

: Dulmatin

Di sebuah warnet yang sepi
Kurancang wajah sebuah negeri
Sebuah negeri yang terbikin dari api
Para penguasanya bersuara benci

Di jalan-jalannya yang tegang
Mondar-mandir polisi menghadang
Mengontrol isi batok kepala warganya
Cemas nyelip di sana begundal amerika

Negeri yang seperti mimpi itu
Memang pernah ada ditulis dulu
Kini di sebuah warnet yang sepi
Aku duduk merancangnya sekalilagi

2010-2011

23 September 2011

Saya Hanya Sebuah Kursi Plastik

Saya hanya sebuah kursi plastik
Di ini kantin teramat bersahaja
Sebentar dipindah saya ke pojok
Sekejap digeser pula saya ke belakang

Saya hanya sebuah kursi plastik
Hak apa saya punya guna menggugat
Keberadaan saya remeh tak berarti
Ganti berganti orang datang menduduki

Yang satu ini datang saban siang
Ia tak hendak apa, hanya natap duka
Piring makannya melulu hampa
Campuran kuah waktu dan butir hujan

Banyak lainnya kukenal hanya rupa
Sisanya pendatang baru sepertinya
Duduk di ruang ini untuk sebentar
Ada yang diam alim lainnya kasar terburu

Banyaklah bisa kutonton di sini
Serba kejadian dan cerita meminjam
Ini tempat sebagai latar lakonnya
Tema apa bisalah kuterka sembarang

Tapi saya hanya sebuah kursi
Sebuah kursi plastik di kantin ini
Hak tak ada pada saya sekadar bertanya
Ini kejadian edan ada-ada saja

22 September 2011

Anatomi Rumah

Ini ruang tamunya, tempat luka
Datang dan pergi. Sebelahnya
Ruang makan dan kamar anak-anak
Riuh rendah. Menatap teras terbayang

Hidup yang keras. Di loteng
Atas masih ada ruang lega
Buat berdua. Mau tapa atau
Sanggama merdeka. Paling pas tapi

Malam buta. Lantas dapur masih
Mengepul. Kamar penyimpan
Kitab, risalah ilmu dan ahlak
Rapi bersusun dalam rak. Persis

Di bawah tangga, gudang
Suram mendekam: koran bekas
Kisah-kisah usang, masih sayang
Dibuang. Di pojok yang tak kentara

Mengintip kamar mandi Di sinilah
Hidup disucikan, dosa dicuci serupa
Daki. Atau sebagai busuk tahi
Dibenam dalam jamban

21 September 2011

Pikiran dalam Bus Berjejal

Hidup mungkin seperti bus kota ini
Orang-orang berdiri berimpitan
Begitu dekat tapi luput kaupahami
Siapa namanya, di mana turun nanti

Kalau beruntung kau dapat duduk
Dekat jendela, itu bisa berarti segalanya
Dalam ini bus berjejal, di mana tak sesiapa
Boleh sembarang diajak bicara

Duduk atau berdirilah diam
Di tempatmu kini, meski tak nyaman
Belajarlah bersabar, pertama kepada
Dirimu sendiri, kedua, penumpang

Mungkin usilan di sebelahmu itu
Belajarlah tabah, seperti bus kota ini
Sendiri, merayap pelan mejelajah sepi
Menembus belantara luka Jakarta

Mungkin, mungkin hidup
Seperti bus kota ini, kita di dalamnya
Terperangkap, sesama penumpang
Nasib yang tak kunjung lapang

20 September 2011

Blog yang "Bangkit dari Mati"

Kisah orang mati yang hidup kembali bisa kita baca dalam Kitab Suci. Tapi cerita blog yang tadimya dikira "mati" ternyata masih (bisa) hidup kembali mungkin hanya terjadi di Blogspot. Kalau tak mengalaminya sendiri, mungin saya susah percaya.

Ceritanya, tadi pagi seperti biasa saya membuka inbox email. Aneh, saya menemukan sebuah email masuk yang me-link ke Ruang Samping, sebuah blog saya yang selama ini sudah saya anggap "marhum". Isinya sebuah komentar atas sebuah artikel dalam blog itu. Penasaran, langsung saya klik ternyata blog itu memang masuh ada, atau lebih tepat, dia ternyata bisa online kembali.

Saya periksa Rak Puisi (yang bersama-sama ketika itu ikut "lenyap") ternyata juga sudah bisa "siaran kembali". Hanya akses ke akun Google yang belum terbuka, sehingga saya masih belum bisa masuk ke dasbor. Tapi sore ini, ternyata saya sudah bisa kembali mengaduk-aduk jeroan blog saya ini.

Jadi selama ini apa yang sebetulnya terjadi? Semula saya mengira blog saya (dan akun Google saya) dikerjai hacker. Tapi kini saya cenderung percaya rupanya selama ini pihak Google telah "menghukum" saya. Mungkin ada perilaku saya yang dianggap menyalahi aturan main mereka.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...