Bergantian nasib buruk
Dan mujur menerpa masuk
Saya tak menampiknya
Pun tak menyetujuinya
Nasib buruk dan mujur
Bagi saya sama belaka
Ah, keduanya sekadar pelengkap
Agar sempurna jalinan kisah
Begitulah, di atas segi empat waktu
Sabar saya menantikan
Menguak musim selebarnya
Merentang peluang selapangnya
Menunggu nasib mujur
Memastikan nasib buruk
Bergantian menyambangi
Merampungkan takdir saya
Membaca puisi / Menulis puisi / Bukanlah urusan / Seringan angkat besi (Ikranagara)
16 August 2013
12 August 2013
Aku Hanya Perlu
Aku hanya perlu
Secangkir kopi
Untukmenulis sebuah sajak, katanya
Dan segores luka
Guna lebih
Menajamkan huruf-hurufnya
Dan segurat luka lagi
Sekadar memastikan ini semua
Bukan pura-pura
Bukan cuma tema
Dan gerimis di atas kertas
Secangkir kopi
Untukmenulis sebuah sajak, katanya
Dan segores luka
Guna lebih
Menajamkan huruf-hurufnya
Dan segurat luka lagi
Sekadar memastikan ini semua
Bukan pura-pura
Bukan cuma tema
Dan gerimis di atas kertas
10 August 2013
Puisi yang Dibuang
SEORANG penyair bisa saja keliru menilai sajaknya sendiri. Misalnya ia mengira telah melahirkan "naga" padahal yang nongol hanya seekor "cacing" belaka, atau sebaliknya. Sewaktu menyiapkan materi untuk "Tanda-tanda yang Bimbang" puisi di bawah ini dengan sadar telah saya sisihkan.
Fakta bahwa puisi itu pernah tersiar di sebuah koran besar tepercaya (karena itu paling tidak secara obyektif bolehlah ia lalu dipandang "layak serta") tak menyurutkan samasekali niat saya.
Liang Hitam
Sajak separoh jadi
Yang kau tinggalkan
Telantar di atas meja semalam
Percayalah, tak bakal rela ia diam
Menyerah pada kelam
Jalan nasibnya
"Kau telah meniupkan
Nyawa padaku
Menjadikanku sekadar
Mahluk tak utuh
Mengapa tak kaububuhkan
Juga sayap kata sepasang
pada pundakku lunak
Guna terbang
Menjangkau
Ambang takdirku"
O pencipta buta
Ketahuilah tanpa kepak
Tanpa terbang
Sajak separoh jadi
Yang kau tinggalkan
Telantar di atas meja
Hanyalah mahluk cacat
Malang terbuang pada
Maha liang semesta
2011
Setelah "Tanda-tanda .." akhirnya terbit, saya kok malah jadi bertanya-tanya, benarkah keputusan saya ketika itu dengan tidak menyertakan puisi ini? Ah, jangan-jangan betul saya, dalam "kebutaan" yang terang benderang ini, telah menjadikannya sebagai "mahluk cacat malang terbuang" begitu saja.
Fakta bahwa puisi itu pernah tersiar di sebuah koran besar tepercaya (karena itu paling tidak secara obyektif bolehlah ia lalu dipandang "layak serta") tak menyurutkan samasekali niat saya.
Liang Hitam
Sajak separoh jadi
Yang kau tinggalkan
Telantar di atas meja semalam
Percayalah, tak bakal rela ia diam
Menyerah pada kelam
Jalan nasibnya
"Kau telah meniupkan
Nyawa padaku
Menjadikanku sekadar
Mahluk tak utuh
Mengapa tak kaububuhkan
Juga sayap kata sepasang
pada pundakku lunak
Guna terbang
Menjangkau
Ambang takdirku"
O pencipta buta
Ketahuilah tanpa kepak
Tanpa terbang
Sajak separoh jadi
Yang kau tinggalkan
Telantar di atas meja
Hanyalah mahluk cacat
Malang terbuang pada
Maha liang semesta
2011
Setelah "Tanda-tanda .." akhirnya terbit, saya kok malah jadi bertanya-tanya, benarkah keputusan saya ketika itu dengan tidak menyertakan puisi ini? Ah, jangan-jangan betul saya, dalam "kebutaan" yang terang benderang ini, telah menjadikannya sebagai "mahluk cacat malang terbuang" begitu saja.
08 August 2013
Sajak Sabtu
Kukumpulkan bahan sajakkku
Selama sepekan, kukumpulkan dalam perjalanan
Antara sorga dan ladang jagal, maksudku
Antara rumah dan kantor
Kadang kemacetan mencegatku
Di simpang baris, dekat pasar dan sekolah
Jadi aku musti berjuang, melindungi
Bahan sajakku dari angin keras
Dari kebuntuan dan keinginan
Sia-sia yang setiap kali mendatangi
Begitulah, aku mengunmpulkannya sepekan
Lamanya, lantas menuliskannya terburu
Mungkin pada Sabtu sedikit kelabu
Sebab aku tak punya banyak waktu
Kau tahu, hidupku tergadai murah
Antara Senin dan Jumat
Selama sepekan, kukumpulkan dalam perjalanan
Antara sorga dan ladang jagal, maksudku
Antara rumah dan kantor
Kadang kemacetan mencegatku
Di simpang baris, dekat pasar dan sekolah
Jadi aku musti berjuang, melindungi
Bahan sajakku dari angin keras
Dari kebuntuan dan keinginan
Sia-sia yang setiap kali mendatangi
Begitulah, aku mengunmpulkannya sepekan
Lamanya, lantas menuliskannya terburu
Mungkin pada Sabtu sedikit kelabu
Sebab aku tak punya banyak waktu
Kau tahu, hidupku tergadai murah
Antara Senin dan Jumat
04 August 2013
Panggung
Mungkin kita sejenis hantu
Dengan tarikh dan silsilah
Yang tak genap
Memakinkan
Sebabak kisah
Di atas panggung yang jadi basah
Sebab kita paksakan
Yang tak ada tertulis
Dalam naskah asli
Dengan bulan kusam
Bintgang jauh
Bayang langit
Dan percakapan
Yang melukai malam
Kini alur jadi rumit
Menjelma labirin
Kisah telanjur lembab
Bulan oleng
Dengan orbit
Yang sengit
Berlayar
Di jalur malam yang sedih
Menyudahi lakon sehari
Riwayat tak lengkap
Kawanan hantu di bumi
Dengan tarikh dan silsilah
Yang tak genap
Memakinkan
Sebabak kisah
Di atas panggung yang jadi basah
Sebab kita paksakan
Yang tak ada tertulis
Dalam naskah asli
Dengan bulan kusam
Bintgang jauh
Bayang langit
Dan percakapan
Yang melukai malam
Kini alur jadi rumit
Menjelma labirin
Kisah telanjur lembab
Bulan oleng
Dengan orbit
Yang sengit
Berlayar
Di jalur malam yang sedih
Menyudahi lakon sehari
Riwayat tak lengkap
Kawanan hantu di bumi
01 August 2013
Kisah Berdua
Di dalam sajak kecil ini
Ada kau dan saya
Meski tak disebutkan jelas
Kita sama tahu, ini bukanlah fiksi
Di dalam sajak ini
Kita coba bertahan sebisanya
Berrlindung pada kata
Pada majas, yang hanya kias
Memang tak cukup luas
Kita pun paham
Ini hanya semacam
Lorong bawah tanah
Bungker purba
Pengap dan tanpa cuaca
Pun tiada jendela
Kecuali beberapa baris
Tersembunyi, yang menyaran
Pada sebuah dunia nun di mana
Selebihnya hanya lengang
Hanya remang
Kisah kita berdua
Ada kau dan saya
Meski tak disebutkan jelas
Kita sama tahu, ini bukanlah fiksi
Di dalam sajak ini
Kita coba bertahan sebisanya
Berrlindung pada kata
Pada majas, yang hanya kias
Memang tak cukup luas
Kita pun paham
Ini hanya semacam
Lorong bawah tanah
Bungker purba
Pengap dan tanpa cuaca
Pun tiada jendela
Kecuali beberapa baris
Tersembunyi, yang menyaran
Pada sebuah dunia nun di mana
Selebihnya hanya lengang
Hanya remang
Kisah kita berdua
Subscribe to:
Posts (Atom)