Gus tf Sakai, salah seorang juri Khatulistiwa Literary Award (KLA) tahun ini, menjagokan Hantu Kata (Kiblat Buku Utama, Bandung) sebagai buku puisi yang “sangat layak” masuk dalam shortlist KLA 2010.
Di bawah ini adalah penilaian tertulisnya yang disampaikannya kepada Panitia penghadiahan sastra lokal yang—sejauh ini—berhadiah duit termahal itu:
Inilah buku puisi yang, dalam sejarah kesusateraan Indonesia, bakal menempati posisi unik, karena paling banyak membicarakan dirinya, yakni puisi itu sendiri. Bukan hanya puisi sebagai salah satu bentuk ekspresi (dengan media kata-kata) yang figuratif, bersimbol, dan karenanya selalu ambigu, tetapi juga pada kenyataan betapa gentingnya apa yang disebut komunikasi. Dan kegentingan ini, secara ajek, dan konsisten, juga menjadi tubuh puisi-puisi lain pada bagian kedua buku ini, bahwa dunia, seperti halnya komunikasi, adalah kesiapan untuk tak mendapatkan apa-apa, menemukan kosong, hampa, sia-sia.
Tapi, sebagaimana kemudian kita tahu, buku itu tidak termasuk dalam daftar 5 besar yang diumumkan Panitia. Dalam emailnya kepada saya, Gus tf mengaku “tak bisa percaya” empat juri lain (Afrizal Malna, Donny Gahral Adian, Eka Kurniawan, Ronny Agustinus) tidak memasukkan Hantu Kata dalam pilihan mereka.
Membaca puisi / Menulis puisi / Bukanlah urusan / Seringan angkat besi (Ikranagara)
29 November 2010
Gus tf, "Hantu Kata", KLA
Label:
Afrizal Malna,
Donny Gahral Adian,
Eka Kurniawan,
Esai,
Gus tf,
Hantu Kata,
KLA,
Ronny Agustinus
24 November 2010
Kepada Politisi
Kita telah sepakat
Tak akan saling mengusik
Sampai bisa kubuktikan
Dengan sajak ini
Kau berkomplot
Mencuri surga dan melukai
Impian anak-anak
Memutus jalan
Mereka ke sekolah
Menjejalkan sampah
Ke benak mereka lunak
Kau tembuskan peluru
Ke rembulan luruh
Membungkam mulut bumi
Dengan undang-undang palsu
Sampai bisa kubuktikan
Dengan sajak ini
Kita bersebrangan
Tak ada pembicaraan
Bagaimana kita memulai
Zona perang ini tiada batas
Tak akan saling mengusik
Sampai bisa kubuktikan
Dengan sajak ini
Kau berkomplot
Mencuri surga dan melukai
Impian anak-anak
Memutus jalan
Mereka ke sekolah
Menjejalkan sampah
Ke benak mereka lunak
Kau tembuskan peluru
Ke rembulan luruh
Membungkam mulut bumi
Dengan undang-undang palsu
Sampai bisa kubuktikan
Dengan sajak ini
Kita bersebrangan
Tak ada pembicaraan
Bagaimana kita memulai
Zona perang ini tiada batas
Subscribe to:
Posts (Atom)