Pansus atau “panggung desas-desus”, tentu saja sangat mengedepankan “desas-desus” dalam modus kerjanya.
Koalisi artinya “kalau ada kesempatan dia bisa kita habisi, kenapa tidak dicoba dihabisi?”.
Mereka mengundang banyak ahli untuk mengisi ‘frame’ yang sudah telanjur diciptakan. Tapi hanya butuh seorang Marsilam untuk membuktikan bahwa ternyata mereka memang tidak begitu pintar.
Rumus Pansus = halusinasi + fantasi + maki-maki = politik fiksi.
Menguasai jurus plintir, syarat utama masuk jadi anggota Pansus.
Tanya : Dulu kan sudah diaudit dan tak ada masalah, mengapa sekarang koq diributkan? Jawab : Karena order “bikin ribut”nya baru masuk sekarang.
JK bilang nggak pernah dilapori Menkeu soal bailout itu. Kata Arbi Sanit, lha nggak terima laporan koq diem aja? (Tanya : kenapa nggak ada inisiatif minta. Jawab : Lho saya kan bos, gengsi dong minta-minta).
Di forum ini silakan saudara berikan klarifikasi. Tapi supaya tak membingungkan (kami), maka kami yang atur kapan saudara boleh mulai menjawab, kapan berhenti menjawab, atau dari mana memulainya, kanan, kiri, atas atau bawah. Jangan macam-macam. Jangan membantah. Kecuali kalau saudara mau dianggap melakukan tindakan “contempt of parlement”.
Miranda Gultom : Terus terang saya sering tak mengerti apa sebetulnya yang ditanyakan (Jadi pertanyaan Pansus juga membingungkan tuh, mas Bambang).
Pansus dinilai tidak mencari kebenaran, melainkan sibuk dengan urusan copot-mencopot pejabat, kata Teten Masduki (Oh, mas Teten baru mendusin dari mimpi indah ya, kasihan).
Omong-omong, kapan ya Marsilam Simanjuntak dipanggil lagi? Saya sangat menunggu terusan “The Great Marsilam Show”. Sungguh tontonan langka.
1 comment:
n.i.c.e mas/bung/pak ook...
hari minggu kemarin juga baca yang di kompas, saya suka yang anak malam ya...
Post a Comment