Mari kita bertukar tempat, sebentar
Dengan begitu mungkin lebih mudah kau pahami
Perangai maut yang kasar, datang ia
Padamu berterang atau selinap, kukira sama
Sekarang duduklah, sedang aku berdiri
Kilau pisau pada tanganku yang satu
Biar kurasai gegumpal rambutmu, mengombak
Duduklah nyaman, kini coba kau rasakan
Rapat tubuhku menempel, kemejaku lembab berbau
Sebab peluh, dari bahan cita murah belaka
Mungkin gemuruh debar jantungku sekonyong
Sempat juga kau serap, sebab semacam gairah
Serupa darah mendesir, memaksaku berpikir
Hanyha diperlukan beberapa sayatan, mungkin
Satu sayatan utama pada pembuluh sentral
Kau pun terhenyak, tak teramat paham mulanya
Tidak, bahkan kau tak sempat melolong, berontak
Segalanya sudah kasip, lenganku yang satunya
Teramat kukuh bukankah, mencekikmu sungguh mudah
Sebelumnya mendorongnya rebah bersimbah
Maaf, jika uraianku barusan membuatmu mual
Kini baiklah aku kembali duduk, memejam diam
Dengan kilat pisau pada genggammu kukuh, ayolah
Rapikan anganku putih melebat kian liar menyemak ini
No comments:
Post a Comment