https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=34375937#settings

26 November 2006

Tonggak dan Saya

KALAU anda kebetulan mengoleksi lengkap "Tonggak", Antologi Puisi Indonesia Modern, yang diterbitkan Gramedia (1987), silakan anda ambil Tonggak jilid 4. Lalu buka halaman 335 dari buku tebal itu, yaitu halaman yang memuat sajak-sajak Acep Zamzam Noor, itu penyair ganteng asal Tasikmalaya, yang baris-baris puisinya sanggup membuat saya seraya diayun-ayun dengan sedapnya.

Nah, di halaman 335 itu ada sebuah "kesalahan kecil" yang selama ini agaknya luput dari perhatian. Sajak "Episode" yang mengawali rangkaian sajak-sajak Acep dalam antologi itu, sesungguhnya dan sebenar-benarnya adalah sajak saya, bukan sajak Acep. Puisi itu dulu pernah dimuat rubrik puisi "Pertemuan Kecil" koran Pikiran Rakyat, tanggal 14 Januari 1986. Saya masih menyimpan baik klipingnya sampai sekarang. "Tonggak" pun dengan jelas mencantumkan sumber puisi itu, yaitu Pikiran Rakyat 14 Januari 1986.

Tentu saja, blunder ini murni kesalahan sang editor, yaitu Linus Suryadi, yang sayangnya sudah marhum, sehingga saya pun tak lagi punya kesempatan mengonfirmasi soal ini. Tapi sebetulnya sebelum Linus Suryadi meninggal (lama sebelum ia meninggal) saya pernah menyurati Garmedia menanyakan soal ini. Pihak Gramedia waktu itu menjawab akan meneruskan masalah ini ke Linus. Setelah itu saya tak mendapat kabar apa-apa lagi, sampai akhirnya diberitakan bahwa Linus "Pengakuan Pariyem" Suryadi berpulang karena sakit.

Sebetulnya saya pun tak begitu berharap akan mendapat respons memadai dari pihak Gramedia maupun Linus. Saya sadar betul bahwa proyek besar seperti "Tonggak" kecil sekali kemungkinannya akan dilanjutkan. Di sisi lain saya pun menyadari posisi saya yang cuma penulis "pinggiran", tidak penting dan tidak pula menentukan. Hanya saja saya jadi suka iseng bertanya-tanya.

Fakta bahwa "Episode" bisa hadir di "Tonggak" menjelaskan dengan gamblang bahwa sajak itu dianggap "layak" tampil oleh sang redakturnya. Jangan-jangan -- perkenankanlah saya sekadar menduga-duga -- ada banyak puisi saya yang lain yang juga dianggap "layak" olehnya, namun nama sayalah yang dianggap "belum layak" tampil. Jangan-jangan masalahnya bukan sekadar "human error" belaka. Ah, jangan-jangan saya hanyalah korban dari ... tapi sudahlah.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...