SALAH satu ciri puisi yang baik konon adalah bahwa puisi itu “menular”—dan “kebesaran” seorang penyair mungkin bisa dilihat antara lain dari seberapa mampu ia menebar “epidemi”, wabah yang menular itu. Jadi berbahayakah bergaul rapat dengan puisi yang baik? Bisa berbahaya, bisa juga tidak. Itu sangat tergantung pada kekebalan serta fit tidaknya kondisi kreatif kita.
Kalau kondisi kreatif kita payah, gampang sakit-sakitan, bergaul dengan puisi yang baik—dan penyair yang baik-- bisa merusak dan akhirnya membunuh kita sebagai mahluk kreatif. Maksudnya, kita hanya akan jatuh menjadi sekedar peniru, reproduksi murah meriah dari puisi, dan penyair yang kita gandrungi itu.
Tapi kalau kondisi kreatif kita fit dan bagus, puisi yang baik malah akan bisa menstimulir kita untuk bisa lebih kreatif lagi. Penyair-penyair yang kemudian diakui sebagai penyair besar lahir dengan cara melakoni proses ini. Mereka bergaul “mesra” dengan sebanyak mungkin puisi yang baik, lalu menyerap dan “mencuri” sebanyak mungkin aura super dari puisi-puisi baik itu, dan kelak pada saatnya menggandakannya menjadi aura super yang lain, puisi baik yang lain lagi.
Jadi jika ingin mengambil manfaat dari puisi yang baik, buatlah dulu sehat kondisi kreatif kita. Tapi bagaimana cara menjadikan sehat kondisi kreatif kita? Nah inilah lucu dan ajaibnya. Kondisi kreatif kita justru hanya bisa ditempa dengan cara terus bergaul dengan sebanyak mungkin puisi yang baik itu. Orang bijak berujar “Saya tak bisa menari, tapi saya harus tetap menari--karena hanya dengan cara itulah saya akan bisa belajar menari”. Jadi, teruslah menulis, meskipun mungkin anda merasa betapa payahnya tulisan anda sekarang.
Kalau kondisi kreatif kita payah, gampang sakit-sakitan, bergaul dengan puisi yang baik—dan penyair yang baik-- bisa merusak dan akhirnya membunuh kita sebagai mahluk kreatif. Maksudnya, kita hanya akan jatuh menjadi sekedar peniru, reproduksi murah meriah dari puisi, dan penyair yang kita gandrungi itu.
Tapi kalau kondisi kreatif kita fit dan bagus, puisi yang baik malah akan bisa menstimulir kita untuk bisa lebih kreatif lagi. Penyair-penyair yang kemudian diakui sebagai penyair besar lahir dengan cara melakoni proses ini. Mereka bergaul “mesra” dengan sebanyak mungkin puisi yang baik, lalu menyerap dan “mencuri” sebanyak mungkin aura super dari puisi-puisi baik itu, dan kelak pada saatnya menggandakannya menjadi aura super yang lain, puisi baik yang lain lagi.
Jadi jika ingin mengambil manfaat dari puisi yang baik, buatlah dulu sehat kondisi kreatif kita. Tapi bagaimana cara menjadikan sehat kondisi kreatif kita? Nah inilah lucu dan ajaibnya. Kondisi kreatif kita justru hanya bisa ditempa dengan cara terus bergaul dengan sebanyak mungkin puisi yang baik itu. Orang bijak berujar “Saya tak bisa menari, tapi saya harus tetap menari--karena hanya dengan cara itulah saya akan bisa belajar menari”. Jadi, teruslah menulis, meskipun mungkin anda merasa betapa payahnya tulisan anda sekarang.
No comments:
Post a Comment