DALAM salah satu suratnya kepada saya, pianis-komponis Ananda Sukarlan mengeluhkan sedikitnya sastrawan kita yang ikutan tren ngeblog. Sebetulnya sudah lama pertanyaan yang sama mengusik saya. Kenapa hal ini terjadi, saya pun tak punya jawabannya. Hanya ada beberapa terkaan yang bisa saja salah.
Pertama, barangkali karena kegiatan ngeblog bagaimanapun masih tergolong “baru”. Jadi masih perlu waktu untuk sosialisasi lebih jauh. Berapa lama? Entahlah. Lalu saya amati juga, mayoritas penulis kita yang pada ngeblog adalah mereka yang, sepertinya, belum dianggap eksis betul oleh “penguasa” kerajaan sastra di sini. Jadi, sepertinya blog lalu menjadi semacam ajang kompensasi untuk mereka unjuk diri, karena di ranah “sastra resmi”, kehadiran mereka kurang dianggap.
Kalau analisis ini betul, maka keengganan sastrawan kondang untuk ngeblog agaknya karena mereka merasa sudah “mapan”, sudah punya media yang bersedia dengan senang hati menerima karya-karya mereka kapan saja, dan biasanya mereka pun punya akses mulus ke dunia penerbitan. Singkat kata, peluang mereka untuk "tampil" begitu besar dan mudah. Karena itu lantas mungkin mereka berpikir, ngapain juga gua musti repot-repot ngeblog segala?
Saya sungguh berharap sangkaan yang terakhir itu salah besar. Alangkah meriahnya jagat blog kita sekiranya nama-nama beken semisal Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Sutarji Calzoum Bachri, Nirwan Dewanto, Acep Zamzam Noor dan seabrek nama besar lainnya pada ikut terjun ke dunia blog. Ah, mudah-mudahan ini bukan mimpi yang kelewat jauh dari kenyataan.
Pertama, barangkali karena kegiatan ngeblog bagaimanapun masih tergolong “baru”. Jadi masih perlu waktu untuk sosialisasi lebih jauh. Berapa lama? Entahlah. Lalu saya amati juga, mayoritas penulis kita yang pada ngeblog adalah mereka yang, sepertinya, belum dianggap eksis betul oleh “penguasa” kerajaan sastra di sini. Jadi, sepertinya blog lalu menjadi semacam ajang kompensasi untuk mereka unjuk diri, karena di ranah “sastra resmi”, kehadiran mereka kurang dianggap.
Kalau analisis ini betul, maka keengganan sastrawan kondang untuk ngeblog agaknya karena mereka merasa sudah “mapan”, sudah punya media yang bersedia dengan senang hati menerima karya-karya mereka kapan saja, dan biasanya mereka pun punya akses mulus ke dunia penerbitan. Singkat kata, peluang mereka untuk "tampil" begitu besar dan mudah. Karena itu lantas mungkin mereka berpikir, ngapain juga gua musti repot-repot ngeblog segala?
Saya sungguh berharap sangkaan yang terakhir itu salah besar. Alangkah meriahnya jagat blog kita sekiranya nama-nama beken semisal Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Sutarji Calzoum Bachri, Nirwan Dewanto, Acep Zamzam Noor dan seabrek nama besar lainnya pada ikut terjun ke dunia blog. Ah, mudah-mudahan ini bukan mimpi yang kelewat jauh dari kenyataan.
2 comments:
saya setuju, bahwa para jawara sastra ikut meramaikan dunia blog!
kami rindu baca kata tertata lebih merata!
kami underground, butuh belajar yang sudah ternama!
salam kenal
(apa mau kenal aku?)
mau kenal kau? mau dong, trims ya udah mampir & komen
Post a Comment