Siapa mengajarkan kesabaran
kalau bukan bumi yang menanam pohon
di kaki bukit. Bumi itu kasih. Kasih
itu memberi. Tapi setiap kali
hujan menggugurkan kembali
kepercayaan. Sebagai debu
keyakinan diterbangkan angin.
Terhapus dari ingatan. Sia-sia.
Tak kau temukan berkas-berkasnya.
Bahkan langit yang merendah
tak membuatmu tentram.
Kau terus saja ngembara, gelisah
tak berumah. Cakrawala hanya
makin menggodamu. Semakin dahaga
memburu yang tak ada. Karena
kau tak sanggup lagi percaya
yang di balik nama-nama. Kata
menyerumu di hutan purba, tapi tak
kau tangkap isyarat angin. Karena
rindu semakin jauh juga tambah
gemuruh. Menutup jalan kembali.
No comments:
Post a Comment