https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=34375937#settings

06 September 2007

Antologi Puisi Blogger?

Penyair Nanang Suryadi lewat shoutbox situs ini menawarkan ide yang buat saya menarik, yaitu membuat sebuah antologi puisi bersama khusus para blogger. Saya tak tahu apakah Nanang sekedar mengeluarkan celutukan iseng saja, atau sungguh serius dengan tawarannya itu. Kalau itu serius tentu akan memerlukan ikhtiar yang tidak mudah—sebagaimana galibnya usaha penerbitan buku puisi di negeri ini, umumnya.

Di luar masalah biaya produksi yang pastilah menjadi soal nomor satu yang mest dibereskan, ada soal lain yang juga tidak mudah diselesaikan. Para rekan blogger saya rasa akan menyambut tawaran penerbitan antologi ini dengan bersemangat. Jadi tidaklah sulit mencari dan mengunpulkan bahan untuk antologi itu—jika misalnya kelak ide itu jadi direalisir.

Tapi justru di situlah juga masalahnya. Sudah lama ada anggapan tak sedap ke alamat sastra blog karena kualitas muatannya dianggap “rendah”—kalah, atau dianggap “kalah” dengan sastra koran. Itu bisa saja terjadi karena blog adalah media pribadi. Jadi bermutu atau tidaknya sebuah blog sepenuhnya terpulang kepada kontrol dan kejelian pemilik blognya sendiri.

Subyektivitas—yang kebablasan--menjadi “musuh” terberat yang harus dikalahkan seorang pemilik blog, juga para pengelola milis-milis sastra. Pandangan miring ke alamat sastra blog agaknya juga diamini oleh para bloggernya sendiri. Itu, misalnya, bisa kelihatan dari kebiasaan mereka yang suka memberi ucapan selamat apabila ada rekan blogger yang puisinya “berhasil” menembus blokade sastra koran.

Ucapan selamat itu secara gamblang mengindikasikan pengakuan mereka bahwa sastra koran dianggap lebih punya pamor, lebih terhormat, dan karenanya juga “lebih bermutu” ketimbang sastra yang ditemukan di banyak blog. Banyak miilis sastra juga dipandang enteng karena isinya dianggap “kalah” dengan sastra koran. Konon para penjaga milis lebih suka mendahulukan faktor “perkawanan” sehingga kualitas terabaikan.

Maka jika ide yang ditawarkan Nanang Suryadi jadi direalisir, hal-hal ini hemat saya harus menjadi PR pertama yang dibereskan. Ini adalah soal yang gampang diomongkan, tapi bakal susah dilakukan, karena mungkin akan ada teman baik yang terpaksa dikorbankan untuk itu. Tapi itulah harga yang antara lain harus dibayar apabila kita menginginkan antologi itu—jika betul-betul terbit—tidak sekadar hadir, tapi juga menjadi penting kehadirannya.

1 comment:

Anonymous said...

Wah menarik tuh. Memang, media blog masih dipandang sebelah mata, karena selain media itu sifatnya pribadi, juga karena begitu mudah menciptakannya. Semua orang bisa menulis puisi di blog. Tak ada yang menyaring, kecuali pembaca. Saya baru saja membuat blog khusus puisi,
http://kerang-biru.blogspot.com/
silakan dikunjungi bila ada waktu, masih fresh.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...