Engkau tahu belaka semua rahasia
yang kupendam. Kau kenali segala serapahku,
pikiran cabulku. Dan di malam hari kau pergoki
mimpi-mimpiku. Memasuki pintumu, adalah seperti
memasuki hidupku lebih dalam lagi jadinya.
Sebab di sini bakal kujumpai kembali
segala yang terlepas dalam pergulatan
sehari-hari. Di ranjangmu teduh, kadang
aku berbaring dan hanya diam. Mengendapkan
suara-suara perih dari dunia nun di luar.
Dan lewat jendelamu yang sabar terbuka
seantiasa, kubiarkan semesta menjulurkan
rahasianya, menjamahku. Engkau adalah puisi
yang tak kunjung selesai kutulis. Sudut-
sudutmu merekam yang tak tercatat. Baris-
baris yang kucoret, padahal di sanalah
kau menunggu dan mengintipku.
No comments:
Post a Comment