https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=34375937#settings

22 February 2008

Berapa Honor "Layak" untuk Puisi?

BERAPA honor yang “pantas” diterima seorang penyair atas sajaknya? Sampai saat ini tak ada patokan, ukuran, atau apalagi aturan tentang itu. Tentu saja setiap koran atau media berhak menerapkan aturannya sendiri. Konon honor terendah atas puisi di koran sekarang 50 ribu. Tapi saya tak yakin. Rasanya masih ada penyair yang sekarang dibayar di bawah bilangan itu, tapi sayang saya tak punya datanya.

Di tahun 1980-an honor yang saya terima dari koran dan majalah yang memuat puisi saya berkisar antara 4 ribu sampai 15 ribu per puisinya. Honor puisi majalah Horison ketika itu juga berkisar antara 5 sampai 10 ribu per puisi. Seperti banyak penyair lokal lainnya saya tak pernah kelewat merisaukan masalah honor ini.

Para penyair kita agaknya sudah terkondisi secara psikologis untuk menerima kenyataan bahwa penyair memang “pantas” dibayar sekadarnya. Alih-alih meributkan honor, bahwa ternyata ada koran yang masih mau memuat puisi saja kami sudah pada senang sekali. Di masa itu (1980-an), asal tahu saja, Kompas “mengharamkan” halamannya dimuati sajak. Maka bayaran honor yang murah meriah itu kemudian diterima sebagai “bonus” yang sudah selayaknya disyukuri.

Karena itu pula sewaktu di tahun 1992 Rendra bikin acara baca puisi dan ia menerima bayaran 12 juta banyak orang pada geger. Ada yang meneriakinya “pengkhianat”, “pedagang”, “komersial”, seakan-akan tabu hukumnya kalau seorang penyair mendapat banyak duit dari karyanya. Seolah hanya profesi lain yang pantas mendapat perlakuan semacam itu.

Sekarang ini boleh dikata kondisi sudah lebih membaik. Ada sejumlah lembaga yang secara berkala rajin membagi-bagikan hadiah yang nilainya bagi saya sungguh “ruar biasa”. Selain hajatan Khatulistiwa Literary Award, dan sejumlah award dari lembaga lain, kini juga ada Anugerah Sastra Pena Kencana.yang juga menganggarkan dana besar untuk, dalam kata-kata Triyanto Triwikromo, Direktur Program ini, “lebih memartabatkan sastrawan”.

Tentu saja ini semua cerita baik. Tetapi barangkali tak ada salahnya justru dalam kondisi yang sudah makin membaik ini para penyair diam-diam saling bertanya kepada diri sendiri, layakkah sebetulnya karya-karya mereka diganjar seroyal itu?

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...