Nyawa Puisi
Aku hanya butuh sereguk kopi
Untuk menulis puisi katanya
Dan sekerat mimpi
Akan membuatnya berdaging
(Selain berjudul belaka)
Tapi membikin
Baris-baris ini menggeliat
Menggigil bernyawa
Mungkin perlu aku
Mati dulu sekali setidaknya--
Begitu ia bertanya-tanya sangsi
Tamsil
Pernah kudengar serupa tamsil begini
Konon penyair itu jenis mahluk paling celaka
Tersesat ia dalam kelam berliku guha jiwanya sendiri
Hanya demi beberapa kata bertuah disangkanya ada di sana
No comments:
Post a Comment