Rumah tak selamanya ramah,
akhirnya kau tahu itu. Ada di dalamnya
selusin aturan main, dan entah apa
lagi, yang suatu saat bisa kelihatan
konyol dan tak masuk akal samasekali.
Tapi gilanya, kau tak mungkin
bisa begitu saja membatalkannya,
atau menganggapnya saja tak pernah
ada, meskipun semua yang serba
muskil itu berlangsung dalam rumahmu
sendiri. Rumah juga tak selalu
nyaman, kau tahu juga itu akhirnya.
Ada boneka lucu yang tiap sebentar
merengek, ingin merebut sebagian
kecemasanmu. Belum lagi perempuan
bengis yang dahulu menawarimu
buah terkutuk itu. Keduanya adalah
perangkap manis yang kau pasangkan
sendiri pada sepasang tangan nasibmu.
Rumah, ternyata juga mirip penjara,
apa boleh buat. Semuanya lengkap di sini :
aturan-aturan ganjil, sipir kejam yang diam-
diam mencintaimu, lalu tawanan malang,
yang nahas terjebak dalam sel rindunya
2 comments:
puisi mas ook ada warna sapardinya juga ya, afrizal dan jokpin?
salam. feni efendi
begitulah, saya ternyata belum bisa terbebas dari bayangan nama-nama besar itu
Post a Comment