Hujan menumpahkan tangisnya
di halaman. Senja yang sudah tua
dan kenyang melihat banyak hal
cuma memandanginya kalem tanpa
mengucap apa-apa. Merasa tak
diperhatikan, tangis hujan semakin
menjadi-jadi, membuat genangan
dan kenangan di sudut-sudut waktu.
Untunglah malam segera tiba, menyeka
lembut sembab mata hujan dengan
bayang-bayang yang senantiasa
dibawanya dalam kembaranya
yang abadi. Di balik kemilau lampu-
lampu, kini wajah hujan berubah jadi
indah. Ada nuansa magis memantul
miris di antara tetes-tetesnya yang
masih terus mengalir membanjiri
sepi halaman sajak-sajakku.
No comments:
Post a Comment