Kulihat hujan tercurah
Di jalan & halaman
Beberapa lembar daun
Seperti bertempur
Dalam tiupan angin
Satu dua lembar
Mencapai juga beranda
Sebagian sisanya
Mungkin menyerah
Rontok di jalan-jalan
Seperti daun-daun itu
Hidupku melayang
Dalam tiupan waktu
Dalam guyuran hujan
Di jalanan nasib
Akan sempatkah nanti
Lembar-lembar umurku
Mencapai berandamu
Atau menyerah tercecer
Hanyut dalam comberan
1 comment:
bung, ini sajak yang saya cerita itu, yang -barangkali- ketularan blog ini hehehe:
===============
FRAGMEN KECIL DI BERANDA
Sudah selesai hujan
Meski sisa gerimis
Masih juga berjatuhan
Membasahi beranda
Di mana kita berdua
Sama berada
Barisan lampu kota di jauhan
Mulai semarak lagi
Berlomba cahayanya
Suara klakson samar meriuh
Kembali ribut saling sahut
Melanjutkan malam
Angin berkesiur
Merisikkan dedaun
Meliuk di rumpun perdu
Lalu dengan sendu
Meluruhkan bunga jambu
Di halaman rumahmu
Pada genangan air
Bayang terpencar
Warna berpendar
Sama samarnya
Kenangan masa lalu
Yang silam mengelam
Bahkan hujan juga
Berkesudahan, bukan
Begitu pula kesedihan
Kehidupan dan bahkan
Kematian itu: kita akan
Selalu berlalu
Aku pamit pergi
Setelah teguk teh terakhir
Meski tak berkata
Kau anggukkan juga kepala
Dan dengan perlahan
Merapikan kerah jaketku
===========
Post a Comment